Eng: "Seandainya disuruh
milih lo atau orang tua yang meninggal duluan, lo milih siapa?"
Aku: "Nanya apaan si kamu,
aneh banget. Ga milih aja"
Eng: "Kalo diharuskan
milih?"
Aku: "Rasanya aneh ya Eng,
ga biasanya pertanyaanmu susah dan berbobot kayak gini"
Eng: "Hahahahaha susah mana
sama soal Anfung tadi?"
Aku: "Jelas susah inilah,
bikin aku bener2 mikir. Dapat pertanyaan darimana?"
Eng: "Kemaren Wiga tanya
gitu ke gue, ayooo cepaaat jawab ga usah mengalihkan pertanyaan"
Aku: "Susah, aku idom aja
sama jawabanmu kemaren hehee"
Eng: "Yaelah ditanya gitu
aja lo mau nyontek. Jawab gitu aja apa susahnya si pi"
Aku: "hellllloooooooo,,, itu
pertanyaan tersusah yg pernah muncul dari mulutmu ya. Gini ya Eng aku jawab
secara diplomatis, sekarang ini aku belom punya bekal masuk surga jadi ga
pengen mati dulu. Aku juga belum buat ortu bahagia jadi aku ga mau kehilangan
mereka juga. Buat jawaban tambahan hidup
semua bahagia dunia-akhirat aja biar,,,,"
Eng: "hadoh lamaaaaaa, cepet
pilih satu"
Aku: "Pilih ortuku yang hidup
aja deh"
Eng: "Alasannya?"
Aku: "Ya kayaknya aku ga
bakal tega melihat mereka pergi selamanya, pasti aku merasa sakit banget saat
itu"
Eng: "Seharusnya lo pilih lo
aja yang tetep hidup pi"
Aku: "Egois banget pilihanmu"
Eng: "Lebih egois ketika lo
memilih mereka yang hidup. Bayangin jika mereka hidup tanpa lo, bisa jadi di
usia senja mereka masih bekerja keras dan tidak ada jaminan mereka akan hidup bahagia di dunia ini. Disaat seperti
itu lo cuman bisa lihat dengan sedih dari alam sana tanpa bisa berbuat apa-apa.
Tapi seandainya lo yang tetap hidup, lo bisa menjamin mereka akan bahagia di
akhirat dengan syarat Akhlaq lo baik, ga jadi anak durhaka. Allah sudah
menjamin itu, anak yang sholeh itu salah satu amalan yang tak terputus."
Aku: *diam seribu bahasa*
Eng: "Mau ganti pilihan
ga?"
Seharian penuh aku memikirkan
obrolan yang berlangsung saat makan siang dengan Eng waktu itu. Sampai sekarang
pun jika harus milih diantara kedua hal tersebut aku masih bingung. Aku akui
alasan Eng memang benar, dengan memilih sang anak untuk tetap hidup karena
Insya Allah bisa memperjuangkan kebahagiaan orangtuanya di sisi Allah.
Di sisi lain aku juga tidak bisa membayangkan jika orang tuaku pergi untuk selamanya dari ku, meski aku tau mereka sebenarnya kembali pada Sang Pemilik. Ya apapun pilihanku tetap saja itu hanya seandainya, siapa tau semenit setelah menulis ini. Yang Maha Kuasa menghendakiku untuk kembali, ya siapa tau karena masalah mati hanya Allah yang tau. Mutlak keputusan berada ditangan-Nya tanpa bisa diganggu ataupun ditunda barang sedetikpun.
Catatan Harian Ephie.
Di sisi lain aku juga tidak bisa membayangkan jika orang tuaku pergi untuk selamanya dari ku, meski aku tau mereka sebenarnya kembali pada Sang Pemilik. Ya apapun pilihanku tetap saja itu hanya seandainya, siapa tau semenit setelah menulis ini. Yang Maha Kuasa menghendakiku untuk kembali, ya siapa tau karena masalah mati hanya Allah yang tau. Mutlak keputusan berada ditangan-Nya tanpa bisa diganggu ataupun ditunda barang sedetikpun.
Catatan Harian Ephie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak.