Tembang Pesisir
Istriku, mendekatlah,
Mari bernyanyi, merayakan kemiskinan ini,
Sebentar lagi mungkin kita akan mati.
Musim-musim tak pernah bersahabat dengan kita,
Dan setiap waktu, kita mesti menghitung kelu tanpa jemu,
Lihatlah laut biru yang terbentang, ikan-ikan yang berenang.
Kita tak lagi bisa menangkapnya sebab perahu kita tertambat di dermaga,
Hanya jadi mainan anak-anak ombak,
Tak bisa melancar, tak bisa bergerak tanpa bahan bakar.
Duhai, nasib kita istriku,
Serupa butir-butir pasir sepanjang pesisir,
Harus selalu menghadapi amuk gelombang yang datang,
Sementara dari selat dan tanjung maut tak berhenti mengintip, siap mendekat.
Istriku, mendekatlah,
Mari bernyanyi sebelum maut menjemput,
Membenamkan jasad kita yang malang pada hitam tanah dan bebatuan.
Puisi dan Syair Tembang Pesisir by: Husnul Kuluqi (Suara Pembaruan, Edisi 04/02/2006).
Istriku, mendekatlah,
Mari bernyanyi, merayakan kemiskinan ini,
Sebentar lagi mungkin kita akan mati.
Musim-musim tak pernah bersahabat dengan kita,
Dan setiap waktu, kita mesti menghitung kelu tanpa jemu,
Lihatlah laut biru yang terbentang, ikan-ikan yang berenang.
Kita tak lagi bisa menangkapnya sebab perahu kita tertambat di dermaga,
Hanya jadi mainan anak-anak ombak,
Tak bisa melancar, tak bisa bergerak tanpa bahan bakar.
Duhai, nasib kita istriku,
Serupa butir-butir pasir sepanjang pesisir,
Harus selalu menghadapi amuk gelombang yang datang,
Sementara dari selat dan tanjung maut tak berhenti mengintip, siap mendekat.
Istriku, mendekatlah,
Mari bernyanyi sebelum maut menjemput,
Membenamkan jasad kita yang malang pada hitam tanah dan bebatuan.
Puisi dan Syair Tembang Pesisir by: Husnul Kuluqi (Suara Pembaruan, Edisi 04/02/2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak.