Taufik Ismail, nama tersebut sudah tidak asing lagi bagi para pecinta puisi di tanah air. Goresan tinta yang ditorehkan begitu terkenal terutama yang menyiratkan tentang potret peristiwa sejarah. Namun demikian, secara pribadi aku tidak terlalu menyukai puisi-puisi jaman dulu, sajak yang ditulis terkesan seperti cerita.
So, berikut ini beberapa puisi karya Taufik Ismail yang sudah aku pilih biarpun nggak semuanya. Maklum banyak banget karya-karyanya dalam Benteng, Buku tamu museum perjuangan, Prahara budaya, dan Sajak ladang jagung.
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.
Syair Orang Lapar
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau.
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.
Salemba
Alma Mater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak pelahan
Menuju pemakaman
Siang ini.
Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani.
Memang Selalu Demikian, Hadi
Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para penjilat
Jangan kau gusar, Hadi.
Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita
Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, Hadi.
Setiap perjuangan yang akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan.
Memang demikianlah halnya, Hadi.
Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua
Pada Anaknya Berangkat Dewasa
Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah ang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi.
Demikianlah Puisi Pilihan Karya Taufik Ismail, semoga anda terhibur dan dapat mengambil hikmah. Banyak sejarah dan motivasi yang bisa ambil di dalamnya, teruntuk anda para generasi muda.
So, berikut ini beberapa puisi karya Taufik Ismail yang sudah aku pilih biarpun nggak semuanya. Maklum banyak banget karya-karyanya dalam Benteng, Buku tamu museum perjuangan, Prahara budaya, dan Sajak ladang jagung.
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.
Syair Orang Lapar
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau.
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.
Salemba
Alma Mater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak pelahan
Menuju pemakaman
Siang ini.
Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani.
Memang Selalu Demikian, Hadi
Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para penjilat
Jangan kau gusar, Hadi.
Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita
Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, Hadi.
Setiap perjuangan yang akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan.
Memang demikianlah halnya, Hadi.
Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua
Pada Anaknya Berangkat Dewasa
Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah ang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi.
Demikianlah Puisi Pilihan Karya Taufik Ismail, semoga anda terhibur dan dapat mengambil hikmah. Banyak sejarah dan motivasi yang bisa ambil di dalamnya, teruntuk anda para generasi muda.
Sebenere aku tidak tau semua tentang puisi,tapi setelah saya baca sejenak,ternyata menemukan sedikit motivasi dari puisi-puisi karya beliau.
BalasHapusTerimakasih sudah berbagi hal menarik ini sobat.
ok, sama" ...memang bnyak motivasi, trutama biar qt blajar sjarah
BalasHapusMampir sambil follow... :)
BalasHapusFolback yo..
thanks knjunganny. ..ok, nnti saya follow back
BalasHapusbisa g mnta syair puisi nya yg juduh sepi kita
BalasHapusok deh, ,tunggu kalau ak nggak males ke perpus :p
HapusSayang juga puisi TI yang satu itu tak terpilih ya. yang liriknya (kalau tidak salah) :
BalasHapusMasadepan Indonesia adalah pulau Jawa yang perlahan tenggelam karena berat bebannya Dan angsa-angsapun berenang diatasnya
Makasih inform nya :)
BalasHapusJadi nggak dimarahin sama techer ku lagi dehh :D
Thanks iyaa.............
thanks...
BalasHapusMemank taring para penyair kita panjang..
BalasHapusBekas gigitnnya dalam.
Terimakasi infonya bagus saya suka karya2 Taufik Ismail Bisnis Internet Gratis
BalasHapus