Negeri Debu
Duka sebegitu tajam tergores di langit ini,
sayap kupu-kupu tak bisa membawa beban debu,
juga sapu lidi terlalu pendek untuk menyapu.
Sehektar puing yang dititipkan gempa kepadamu,
ini wilayah angin, bisik daun pada
sebutir debu. dan debu itu memang
tak pernah melihat onggokan bukit kapur di sana,
kecuali rumah-rumah yang rebah
ditidurkan angin.
Sebatas mana rentang tanganmu ketika
gelombang memindahkan perahumu ke jalan raya?,
atau ketika langit jadi hitam oleh gerhana,
atau ketika sebuah menara bergeser karena gempa?
Kita akan kembali ke dalam keabadian
melalui liku-liku dalam riset waktu,
tak mudah kita menemukan ujung benang
dalam rajutan alam, tak mudah kita
memintal benang jadi gelas bagi air.
Puisi Negeri Debu By: Endang Supriadi
sayap kupu-kupu tak bisa membawa beban debu,
juga sapu lidi terlalu pendek untuk menyapu.
Sehektar puing yang dititipkan gempa kepadamu,
ini wilayah angin, bisik daun pada
sebutir debu. dan debu itu memang
tak pernah melihat onggokan bukit kapur di sana,
kecuali rumah-rumah yang rebah
ditidurkan angin.
Sebatas mana rentang tanganmu ketika
gelombang memindahkan perahumu ke jalan raya?,
atau ketika langit jadi hitam oleh gerhana,
atau ketika sebuah menara bergeser karena gempa?
Kita akan kembali ke dalam keabadian
melalui liku-liku dalam riset waktu,
tak mudah kita menemukan ujung benang
dalam rajutan alam, tak mudah kita
memintal benang jadi gelas bagi air.
Puisi Negeri Debu By: Endang Supriadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak.